Ekspedisi Pameungpeuk, Garut Selatan
Pameungpeuk adalah sebuah
daerah yang terletak di tengah-tengah kota Garut Selatan. Untuk dapat mencapai lokasi
mancing di Pameungpeuk dibutuhkan usaha dan tekat yang kuat, maklum lokasi ini terbilang
cukup jauh jika ditempuh dari Jakarta. Sekitar 9 hingga 10 jam perjalanan waktu
yang ditempuh untuk mencapai lokasi, waktu tersebut sudah dipotong dengan makan
bersama. Fokus edisi ini Mancing Mania
(MM) akan mengupas tentang Ekspedisi Pameungpeuk.
Perjalanan panjang menempuh
ratusan kilometer dari Jakarta tidak menyurutkan tim untuk menjajal mancing di
Pameungpeuk. Bersama tim Tabiler dan para mania lokal kami menjajal dan menikmati
indahnya laut pesisir selatan yang berada di Garut Selatan.
Mengawali keberangkatan
pada hari jumat pukul 19.30, kami tiba sekitar pukul 04.30. Kami langsung bertemu
dengan fishing guide yang juga menjadi
ranger dari hutan alam Sancang. Untuk dapat mencapai lokasi kami harusmenempuh perjalanan
± 2km dengan menggunakan ojek sepeda motor.
Begitu tiba di lokasi
rasa lelah terbayar dengan keindahan dari pantai Pameungpeuk. Lokasi ini tidak hanya
ideal untuk memancing saja, bagi anda yang ingin berlibur secara private tempat
ini sangat cocok karena sinyal handphone tidak menjangkau. Sehingga anda dapat benar-benar
liburan tanpa ada gangguan dari bunyi handphone dari klien bisnis atau pekerjaan.
Sekilas menembus Hutan Sancang
Sisi adventure dari
trip mancing kali ini sangatlah luar biasa.
Kami dapat melihat perbukitan dengan hijaunya
kebun teh, jajaran hutan karet dan rindangnya pohan lain yang membalut hutan Sancang.
Hutan Sancang merupakan hutan alami, dan terletak
di bagian selatan Kabupaten Garut (berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya),
tepatnya di Desa Sancang, Kecamatan Cibalong. Area ini memiliki luas 2.157 ha.
Wilayah iniberada di ketinggian 0-3 m di atas permukaan
laut dan mempunyai konfigurasi umum tanah yang datar hanya terdapat tebing-tebing
curam di sebagian pesisir pantai, khususnya di daerah sebelah timur, yaitu wilayah
Karang Gajah.
Hutan yang langsung bersentuhan dengan Samudra
Indonesia ini mempunyai temperatur rata-rata 27˚C per tahun, dengan suhu antara
17˚C-28˚C. Material tanahnya berpasir dan tanah gambut di bagian pesisir, sedangkan
di daerah yang mempunyai radius 200 m dari garis pantai memiliki material tanah
daratan pada umumnya, yaitu tanah hitam berbatu dengan tingkat kestabilan dan daya
serap tanah yang cukup baik.
Hutan Sancang juga merupakan cagar alam yang
dilindungi dan memiliki ekosistem hutan hujan tropis. Kualitas lingkungan dan kebersihannya
pun masih terjaga, walaupun di bagian timur, yaitu di pesisir pantai, terdapat pondok
nelayan yang menetap dan memanfaatkan lahan di area konservasi ini.
Di hutan ini tidak terdapat pencemaran (air,
tanah, udara, sampah atau vandalisme). Apabila dilihat dari segivisabilitas,
hutan Sancang memiliki tingkat pandang yang bebas dengan panorama alam yang
indah dan eksotis, namun apabila berada di dalam hutannya, maka akan sulit untuk
melihat kearah pantai karena susunan tumbuhan/pepohonan di Hutan Sancang sangat
rapat.
Hutan Sancang yang merupakan salah satu cagar alam
di Indonesia yang bertaraf Internasional ini belum tersentuh oleh fasilitas pariwisata
secara khusus. Untuk fasilitas penunjang di Hutan Sancang hanya terdapat 1 pos jaga
wana serta petugas yang berjumlah 60 orang.
Untuk aktivitis yang dapat dikembangkan di Hutan ini adalah: tracking, fotografi, menelusuri hutan, penelitian ekosistem malam, memancing, berkemah, dan aktivitas-aktivitas yang tidak merusak dan mengganggu ekosistem hutan.
Untuk aktivitis yang dapat dikembangkan di Hutan ini adalah: tracking, fotografi, menelusuri hutan, penelitian ekosistem malam, memancing, berkemah, dan aktivitas-aktivitas yang tidak merusak dan mengganggu ekosistem hutan.
Spot
Mancing danTeknik Mancing
Ketika
tim melangsungkan trip ekspedisi Pameungpeuk sangat minim informasi yang
didapatkan, namun saking penasarannya kami putuskan untuk tetap berangkat walau
pun nantinya hasil kurang maksimal. Menurut Kang Aedikan sudah mulai makan namun
cuaca kurang bisa ditebak karena angin selatan yang berhembus sudah agak tua (hamper
berlalu).
Lokasi
atau spot mancing di Pameungpeuk sangat beragam, mulai dari hutan bakau, muara sungai
yang bersentuhan dengan air laut, dan palawa (tubiran karang yang terbentuk secara
alami). Teknik mancing yang dapat digunakan cukup beragam, anda dapat casting,
jigging, popping, dasaran dan trolling.
Target
tangkapan ikan yang sering dilakukan oleh nelayan atau para mania setempat ialah
ikan tongkol, rabbit fish, tenggiri, kue, kakap merah dan jenis ikan karang lainnya.
Untuk mendapatkan ikan tersebut Anda harus bener-benar akurat ketika menyambrangi
Pameungpeuk.
Menurut
Kang Hari, pertengahan bulan Oktober hingga Februari merupakan waktu yang ideal
untuk melangsungkan trip kePameungpeuk. Sayang ketika rombongan ekspedisi Tabiler
kesana terkendala dengan angin dan ombak yang tidakbersahabat. Pada hal tim ingin
menjajal dasaran dan jigging.
Kapten
kapala tau nelayan juga tidak bersedia jika kami menyewa kapalnya untuk mengantar
kami mancing ketengah. Maklum saja lokasi ini langsung berhadapan dengan Samudra
Indonesia sehingga tidak ada halangan pulau ketika angin bertiup kencang.
Karena
saran dari kapten kapal, nelayan dan pemancing setempat akhirnya kami urungkan untuk
mancing ketengah. Akhirnya kami memanfaatkan mancing dengan teknik casting
dengan mengoyor berjalan hingga 500 meter. Jadi Sabtu kami gunakan untuk
casting dan minggu bersantai menikmat iindahnya suasana.
Kang
Aed sempat mendapatkan sambaran ketika mancing dengan menggunakan lumut dengan cara
koncer setengah. Ril 4000 miliknya tidak
mampu menahan tarikan ikan, hingga kenur monofilament 20lbs langsung putus tergesek
karang.
Sementara
itu Tono yang casting di Palawa berhasil mendapatkan sambaran, dengan semangat dan
perolehan ikan pertama dengan teknik casting Tono mulai menggiring ikan kesisi
yang lebih dangkal. Begitu ikan terlihat ternyata ikan buntal yang berhasil di dapat
dengan treble hook menancap sempurna.
Sungguh
luar biasa, karena baru kali ini melihat ikan buntal mau menyambar minnow
hingga hook up sempurna. Dengan rasa bangga Tono mejeng berpose di depan kamera
sambil berujar gila man ini Buntal rada nekat.
Sementara
itu, para mania local yang gabung bersama kami ketika ngoyor juga tidak mau ketinggalan.
Dengan bangga dirinya memperlihatkan ikan tangkapan, ukuran yang terbesar yang
didapat bekisar 3-4 kg.
Lumayan
untuk dijadikan ikan bakar sebagai menu makan malam. Hinggapukul 17.00 kami
sudahi trip casting ini, walaupun hasil kurang maksimal namun kami tetap penasaran
dengan spot sisi timur yang yang dikenal dengan nama karang potong dan caringin.
Bakar Ikan
& Berakhirnya Trip Ekspedisi
Malam
minggu kami pergunakan untuk acara bakar ikan,ya walau pun hasil tangkapan
minim kami diberikan tambahan beberapa ekor lobster dan keong dari penduduk atau
pemancing setempat untuk memeriahkan suasana.
Dalam
waktu kurang dari satu hari kami sudah berbaur dengan pemancing local dan menikmati
pesta kecil-kecilan dipinggir pantai sambil menikmati sajian ikan bakar dan kelapa
muda. Minggu pagi pukul 10.00 kami mulai berkemas dan kembali menyusuri hutan Sancang
dan kembali ke Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment